KUMPULAN PUISI: DI BAWAH ARSY LEMBAYUNG SENJA part II

LEMBAYUNG SENJA


Untuk orang yang terkhinati dan dipermainkan cinta              

Untuk orang yang tlah putus asa akan indahnya cinta

 

LEMBAYUNG SENJA

Untuk Dimas
Kuncup bunga bermekaran di awal februari
Kala hati sunyi menyepi
Terkatup luka sendiri
Hilang angin meracun hati
Kala keelokan mendustai janji
Derai cahaya menguak jemari
Berakar semangat berpayung duri
Dikala jatuh cinta, tapi ku pungkiri
Terpuruk hati tak terobati
Walau ada secercah harapan tuk kembali
Meneguk cinta yang pernah diingini
Lebih takut untuk terhianati
Kilauan intan yang menghiasi
Tak seindah kala kita bersama menyusuri hari
Janji-janji yang pernah kau beri
Meski tak pernah kau tepati
Aku tetap mempercayai
Suatu saat nanti kau akan kembali
Menyelimutiku dengan cinta sejati
Tapi,
Jika itu bukan kau lagi..
Aku kan mencoba untuk membuka hati
Menerima cinta yang suci
Tak ternoda oleh dusta duri
Meski aku harus menunggunya hingga waktu senja menghampiri

JANJI PUTIH

Untuk seseorang                                                                  yang sedang putus asa
desahan angin mengusik
kala itu awan mulai tergelitik
suara petir pun kian berisik
melahirkan  hujan rintik

hujan itu kian deras
desahan angin semakin keras
petir kini mulai mengganas
awan pun mulai terperas

terlihat air mulai tergenang
tanah gersang mulai menghilang
si nestapa yang tadi mengerang
kini telah kembali girang

bergulingan di tengah malam
 di dalam kapal yang karam
dalam suasana yang memuram
tersedu meratapi nasib yang kelam

hidupku lebih hina dari nestapa
yang hidup terhina meninta-minta
karena dia meminta harta
sedang aku meminta cinta

rintihanku lirih
ini karena salah memilih
ini karena gagal meraih
ini karena janji putih

kali ini aku sadari indah cintaku hanya sendiri
menyayat hati ketika menyadari
terbuai cinta yang suci
padahal cinta itu sebenarnya benci

uh...
janji putih
ya...
hanya sebuah janji

KUNCI HATI

Untuk seorang yang ditinggalkan
langkah kaki menyusuri hari
berkah tak sampai ke hati
meski gerimis membasahi diri
engkau tetap kencang berlari
karena miris melihat luka sendiri
tercabik hati tergores duri
terseok-seok hampir mati

di tengah lumbung padi
kini dia menunggu sendiri
dalam kehampaan hati
menangis sendiri
meratapi takdir hari

langkahnya terhenti
saat dia mulai menyadari
indah cintanya hanya sendiri
hanya dirasakannya sendiri
penantiannya terhenti
hingga denyut nadi
seakan ikut terhenti

kunci hati
tidak akan pernah kembali
karena yang di cari
sebenarnya sudah lama mati
meninggalkannya sendiri
meratapi hari
merenungi nasib sendiri
menjadi

nestapa hati
KORBAN BUALAN
Untuk para korban bualan
Dalam diam aku termangu
Tatapan kosong tak tentu
Menunggumu penuh ragu
Karena kau pergi dariku

Berat rasanya kaki ini melangkah
Menapaki jalan yang tak terarah
Hatiku pun mulai gundah
Merasakan keraguan yang kian membuncah

Detik waktu yang seperti berkejaran
Menakutiku penuh kebisingan
Mengisyaratkan suatu kekejaman
Yang aku dapati dari si bajingan

Lihatlah aku, Si korban bualan
Kini perutku buncit terisi gumpalan
Menangis pun tak mengubah kesialan
Hanya mengakhiri nafas di ujung jalan

13 November 2015



PECANDU HATI

Untuk pencinta sejati
Buaian manja membanjiri
Hari dilalui dengan menari
Detik terasa satu hari
Kala si Pecandu tak kuat berdiri
Dinding seperti dini hari
Sedang dingin mengusik sanubari
Membelalakkan jiwa yang berduri
Kala hidup si pecandu ingin diakhiri
Hilang angin meracun hati
Saat cinta menjadi mati
Dan duri tak luput di hati
Kala si pecandu cinta mati
Siapa yang kuat sakit hati
Lebih sakit dari sakit gigi
Lebih nyeri dari sakit di dahi
Kala yang didamba tlah lama pergi
Bergelimang kejam dan keji
Merusak jiwa dan jemari
Itulah kerja si lelaki
Kala jadi pecandu hati



 

CINTA?

Untuk seseorang                                                                          yang tak mengenal cinta

Apa itu cinta?
Sebaris kata yang diawali C dan diakhiri A. Bisa saja itu CINA, CUMA, CARA atau COBA. Ada lima huruf di dalamnya. Orang melambangkannya bentuk hati. Namun,  tak jarang menandingkannya dengan belati. Orang membubuhkan warna merah seperti warna hati. tapi banyak yang menyambungkan kata itu dengan MATI. Bisa CINTA MATI atau CINTA SAMPAI MATI bisa juga karena CINTA aku MATI.

Apa ini cinta?
Wanita itu meratap seharian karena CINTA. Dia ditinggal si CINTA. Padalah perutnya tlah berisi BUAH CINTA. Sekarang dia menyesal pernah mengenal CINTA. Dan pernah bahagia karena CINTA. Karena CINTA tlah buat dirinya HINA. Kini dia merana. Akibat CINTAnya yang diabaikan si CINTA.

Lalu CINTA itu sebenarnya apa?
Apa hanya sebuah bualan nafsu yang menjerumuskan siapapun yang mencicipinya?
Bagaimana dengan rasanya? Apa lebih menikat dari madu? Sehingga siapapun berebut mencicipinya?
Tapi kenapa banyak orang yang mati karenanya?
Kenapa banyak yang tertipu karenanya?


Tidak hanya mereka, aku juga tertipu karena CINTA

 

 

KEIKHLASAN LARA

Untuk pembaca cerpenku
Aku menyusuri dan terus menyusuri
Menyusuri hari bersamamu
Tanpa henti 
Bergelimang bahagia, sedih, nafsu, bualan
Cekakak dinding kamar
Memandangi peluh yang bercucuran
Uap hangat kopi mengepul menari
Cairan putih menodai seprei
Desahan mengalun mengoyak fajar
Terpecah suara bising
Mengacaukan suasana
Panggilan tuhan 

Arah bersimpangan
Akar bercabang
Jalan berlainan
Biji berkecambah 
Hancur tak bersisa

Riuh hati tak terusik
Petir menyambar siang hari
Hujan turun bersama kabut hitam
Derai air mata membasahi kamar

Kau meninggalkanku
Kau mencampakkanku
Kau menghakimiku 
Kau membuangku

Kini aku sendiri
Kini aku berdiri
Di ambang nasib 
Meratapi

Dengan benih yang kau beri
Buah cinta yang tak kau ingini
Kau pun tak peduli
Meninggalkanku disini
Bersama sisa cinta dan duri 

PUTUS JANJI

Untuk yang ditinggalkan
Puing janji terhempas
Bersama keluhan napas
Beramai-ramai berbias
Bersama benci mengganas
            Asaku terputus olehmu
            Cintaku remuk karenamu
            Malangku luka olehmu
            Ceritaku terputuk karenamu
Lunglai langkai ini
Mengoyak jalan sepi
Meresapi dingin hari
Karena aku sendiri

BUAH CINTA

Untuk wanita yang mengaborsi

Terpaku meresapi rasa. Rasa kecut dan pahit hinaan. Hinaan tentang perut yang kian mencuat. Sarang cinta yang seharusnya tak ada. Kini bersisa benci dan dendam membara dalam dada.
Rasaku membuncah. Kala desahan mereka kembali terdengar. Pecahlah desahan itu dengan pekikan yang keluar dari perutku. Terlihatlah wajah tak berdosa dengan tatapan mata sendu. Tatapan mata itu menyapaku. Seakan berkata, “cintai aku”
Peluhku berjatuhan. Butiran itu jadi saksi perjuangan. Lelehan air mata mengalir dari mataku yang sembab. Bukan rasa haru dan bahagia yang diwakilinya. Dendam dan amarahlah sebabnya. Bibirku pun ikut bergumam. Seakan ingin berkata, “aku benci dia”
7 September 2015 23.00

 

PETAKA SEBUAH DUSTA

Untuk yang berasa dibohongi

Segaris kepedihan menghinggapiku
Secercah harapan seakan meninggalkanku
Segerombol ratapan mengitariku
Sebutir kebahagiaan enggan menemaniku
Tersudut pada tepi jurang keputusasaan
Terperosok oleh pikiran kemunafikan
Terhanyut oleh ribuan bualan
Terbudak oleh kelembutan buaian
Jalan ini tlah kupijak
Dengan tindak tak bijak
Hanya menyisakan jejak
Buatku tambah sesak
Teriakan pertanda kesal
Tertutup senyum kecut penuh sesal
Jika teringat serasa mual
Karena memilih jalan sial
Teringat tentangmu, tentang indah cintamu
Bergelimang kasih nan semu
Merajut cumbu dalam kalbu
Membuat rasa cinta menjadi candu
Berenanglah aku di laut cinta
Mewah akan kasih dan tahta
Menyandang gelar dan mahkota
Sombonglah aku karena harta
Sekedip petir menyambar
Kala kepala sudah besar
Saat ucapan telah sesumbar
Jalan hidupku paling benar
Kini hidupku kosong
Ragaku seakan gosong
Lidahku terasa terpotong
Karena aku telah sombong
Kemana lagi aku melangkah
Kemana lagi aku mengarah
Bagaimana lagi aku bertingkah
Bagaimana lagi aku berulah
Dirimu hanya tinta busuk
Aromanya tajam menusuk
Hingga kedalam tulang rusuk
Buatku mudah meringkuk
Tapi, rasa cinta masih ada
Masih seperti sedia kala
Masih bersemayam dalam dada
Karena buta oleh dusta
Aku ingin kau perbaiki diriku
Perbaiki jalan yang kau tunjukkan untukku
Berjuang bersama denganku
Menyatukan asamu dan asaku
Tak peduli pada semua dustamu
Yang melahirkan kebahagiaan semu
Karena aku mencintaimu
Tolong hilangkan dustamu...
Dengan kau usir kepedihan
Dan kau datangkan harapan
Lalu kau tendang ratapan
Dan kau hadirkan kebahagiaan

Agar ku yakin, aku tak salah pilih jalan

 

DALAM DIAM AKU TERMANGU

Untuk yang merasa ditinggalkan

Dalam diam aku termangu
Meresapi kepulan asap hangat keluar dari cangkir indah itu
Dalam diam aku termangu
Mengamati segaris senyum terpampang dihadapanku
Dalam diam aku termangu
Mengkhayal kenangan indh bersama pemilih wajah itu

Saat itu
Deru nafasku masih besar
Mengalir bersamaan dengan kehangatan
Merakit bahtera cinta berdua
Menapaki liku hidup penuh noda, cinta dan derita
Mengarungi samudera bersama ribuan ombak  mendera

Tiba-tiba
Kepulan asap itu hilang bersama kehangatan itu
Deru nafasku tak lagi besar
Segaris senyum itu sirna
Bahtera cinta kita hancur
Jalan yang kita lalui buntu
Ribuan ombak terasa hambar
Dalam diam aku termangu
Karna kau tinggalkan aku
4 september 2015 12.46

 

KALA KEELOKAN MENDUSTAI JANJI

Untuk yang merasa dibohongi

Kurasakan genggaman tanganmu yang hangat
Seperti merengkuh hatiku yang terperanjat
Kurasakan rangkulan tanganmu yang kekar
Seperti memeluk jiwaku dengan tegar

Helaan nafas membelai telingaku
Bersambut rentetan kata mengalun syahdu
Melebur hatiku saat mendengarnya
Kata cinta keluar dari bibirnya

Bersama kita merangkul diri
Bersama kita memeluk hati
Bersama kita menggenggam jemari
Bersama kita menyongsong hari

Kini cinta tlah di sini
Bersama tembikar cantik menghiasi
Kini cinta tlah di sini
Bersama dirimu hadir menghiasi

Tak lama cinta bersemi
Kurasa ada rasa asing menghampiri
Rasa cinta tak seperti pagi hari
Kala keelokan mendustai janji

Di ujung senja kau bersama dia
Di ujung senja kau campakkan aku
Di ujung senja kau bersama pelangi dan dia
Di ujung senja bersama awan gelap memeras hujan kau tinggalkan aku

 RASA SAKIT

Untuk pengabdi hedonis
Ini sakit!
Karena duka?
Tidak!
Karena luka...
Jadi ini luka?
Penuh dusta!
Tak ada rasa
Hanya hina
Itu rasa?
Bukan,
Itu penyakit
Penyakit kusta?
Bukan!
Sifilis!
Kenapa bisa?
Aku jalang
Lalu, masih sakit?
Sakit. Di sini. Di sini. Di sini.
Mana yang paling sakit?
Di hati
Itu hati masih ada rasa?
Ya, rasa ingin dipeluk surga
Bukannya luka

 

SAAT DIA MINTA HATIKU

Untuk lelaki jahat

Dingin ini menyiksa relung jiwa yang nista. Bersemayam rasa rindu berkecamuk dalam dada. Malam ini kerinduan akan kehangatan itu kian kental terasa. Pertengkaran itu tlah memutuskan asa. Asaku lenyap terbakar oleh kejamnya dusta. Rindu memang masih ada. Jauh dalam lubuk hati yang tertutup abu asa. Kini luapan air mata sudah enggan lagi ada.

Tersisa senyum kecut tak sedap dipandang. Ini rasa sakit terdalam. Aku hanya ingin hatimu, katamu. Aku tlah berikan semuanya. Aku tak punya apapun untuk kunikmati sendiri. Inikah sebuah keadilan? Aku mencintaimu. Inikah balasan untuk semuanya? Cukup dengan mencintaiku, nyawapun akan kugadiakan untuk kebahagiaanmu. Harga diri akan kuhutangkan untuk menyambung hidup bersamamu. Jadi budak cukong-cukong dan para penyamunpun aku tak peduli. Asal kau bangga padaku. 

Tapi, apa kau tetap mau terima aku, saat sifilis sudah memelukku dengan aroma busuknya. Saat kabut hitam mulai menauingiku dengan senyum jahatnya. Saat pintu neraka sudah terbuka lebar depan mata. Masihkah dirimu terima borokku yang bernanah ini karena dulu aku tlah menutupi semua borokmu. Apa kau akan tinggalkan aku? Kau jawab, tanya pada hatimu. Kalau kau punya iman kau pasti tau jawabku. Kalau aku punya iman, aku tak akan mau tiap minggu ngangkang di kasur denganmu.

Saat semua tetes air mata tlah enggan lagi keluar. Saat itulah aku merasa hatiku tak ada. Hatiku tlah kuberi padanya. Lalu dia pecahkan hatiku dengan kejam.  Saat dia minta hatiku. Saat itulah jiwa ini mati. Raga ini hanyalah seonggok daging pemuas nafsu. Saat dia minta hatiku. Saat itulah aku mati.
15/09/15 23.29


 

JANGAN SALAH

22.29 di kamar

Pikiran berpindah tiap detik
Haluan beralih tiap menit
Arah semakin tak beraturan tiap jam
Langkah semakin tak terkendali tiap hari
Apa salahku?
Terbelenggu lumpur hisap
Terkepung semak tajam
Terperjara api jahat
Terpatri logam panas
Apa salahku?
Buih ini tak lagi putih
Aromanya sengak
Rasanya pekat dan menjijikkan
Semua ada dalam gundukan bisul bernanah
Jangan salah
Ini karena ulahmu
Mematikan rasa maluku
Membunuh kemanusiaanku
Meruntuhkan norma dan imanku



 

MATA KACA

22:45
Nasib mengiris hariku dengan kejam
Kala sorot mata itu menghujam
Dingin menusuk jantung
Hingga membekukan isi tulang rusuk
Dendam pun menyelimuti
Saat mata kaca kembali menyayat hati
  

HANYA

Untuk seseorang yang pergi
Aku hanya wanita biasa
Dari satu sel telur dan seekor sperma
Hidupku berawal dari kehinaan
Lahirku penuh kesusahan
Hanya nasib sebagai ketentuan
Tak ada rasa tak ada asa
Apalagi cinta dan cita
Napas pun enggan merasuk rongga dada
Semua karena satu kata
Hanya
Hanya jika kau ada
Hanya jika kalian ada
Untukku
Semua pasti akan indah
Hanya...
22.56

SEBONGKAH PENGORBANAN

Untuk wanita lugu

Mengais setumpuk asa terbuang
Merajut sepintal kenangan terburai
Menyatukan segenggam pecahan hati
Memadatkan semua asap kebahagiaan
Apa dua tangan ini cukup?
Sedang tangan ini sudah penuh luka
Sendinya terasa ngilu
Kuku pun tlah layu
Termakan usia dan waktu
Apa dua kaki ini cukup?
Sedang melangkah aku tak dapat
Terseok aku tak mampu
Merasakan syaraf pun aku tak bisa
Apa seonggok tubuh ini cukup?
Sedang jantung tlah enggan berdetak
Paru-paru enggan bernafas
Hati enggan merasa
Usus enggan mencerna
Apa sebuah kepala ini cukup?
Sedang mata tlah lama buta
Hidung dan telinga tlah lama tersumbat
Bibir tlah lama terkunci
Bahkan wajah tlah lama memucat
Apakah semua itu
Masih dianggap sebongkah pengorbanan?

23.09


BILUR PENYESALAN

Untuk yang menyesal
Merayap bersama luka
Meresap bersama nanah
Terlarut bersama darah
Terbuang bersama udara
Langkahku tak kuat
Pilihanku tak tepat
Keyakinanku goyah
Mentalku lemah
Cakaran nasib terasa kejam
Saat hati mulai merasa
Sesal yang tak kuasa
Dibendung bersama sisa asa
Karena sebuah jasa
Pencipta mala petaka
Memilihmu penuh dusta
Tersisa bilur semata

23.27

NAMANYA CINTA

23.35
Pernahkan kalian merasa
Cinta pada dunia
Cinta pada petaka
Cinta pada tahta
Cinta pada harta
Bandingkan cinta pada si Cinta
Remuk rasa hati tiap hari
Meleleh otak saat meratapi
Indah cinta saat mencintai Cinta
Mengaduk harap dan rasa
Mengolah sanjung pujian dan hinaan
Karena buta cinta pada si Cinta
Pernahkah kalian merasa
Kalau saya gila cinta
Padahal si Cinta itu buta
Si Cinta itu hina
Si Cinta itu bahkan tak punya cinta
Si Cinta juga tak punya hati
Hancur...
Hancur sudah rasa cintaku pada si cinta
Pernahkan kalian merasa
Kalau rasa cinta
Sebenarnya ilusi belaka


SAMPAI KAPAN?

00.00
Bisa kau lihat
Jemari ini begitu mungil
Tubuh ini begitu sintal
Kaki dan leher ini begitu jenjang
Tangan ini begitu piawai
Pinggul dan dada ini begitu menggoda
Wajah ini begitu memikat
Dihadapanmu dengan kepolosan
Tanpa sehelai benang
Semua tlah diberikan
Tanpa ada sisa untuk siapapun
Sampai kapan?
Harus menunggu sesuatu itu
Melingkar pada jari manis
Sampai kapan?
Harus menunggu mantra ajaib
Penghalal sebuah hubungan
Sampai kapan?
Penebusan janji
Sebuah perkawinan
Sampai kapan?




ASA

9/10/15 6:30
Dimana cinta
Tlah terbawa pecahan asa
Dimana kasih
Tlah hanyut dalam bualan
Dimana rindu
Tlah mati meracun hati
Dimana kehangatan
Tlah habis oleh benci
Kala asaku hancur
Hingga pecahan terkecil
Kala itu hidup tidaklah lebih indah
Dari sebuah kematian


KETIKA CANGKANG MENCINTAI PISAU

15/10/15
Cangkang putih perlapis berlian
Bercahaya ditempa cahaya bulan
Berkilauan disinari mentari
Senyuman slalu menghiasi
Siapapun yang melihat keelokannya
Isinya masih suci
Isi cangkang itu belum tersentuh
Terjaga dan terawat seperti luarnya
Sampai suatu ketika...

Cangkang itu jatuh cinta
Jatuh cinta pada pisau
Rayuannya lebih tajam dari mata pisaunya
Yang mampu menyayat hati cangkang
Namun rasa cinta itu
Buat cangkang jadi hina

Cangkang tak lagi cantik
Berliannya habis untuk membeli kebahagiaan pisau
Semua kilauannya tlah direnggut pisau
Sampai suatu ketika
Pisau berani meretakkan tubuh cangkang
Isinya keluar perlahan
Isinya tlah ternodai
Hanya pandangan jijik yang sekarang cangkang dapati

Cangkang yang hina tlah jadi buah bibir
Siapapun yang melihatnya
Inikah hadiah dari rasa cinta?
Karena mencintai pisau
PRASANGKA

Coba lihat matanya
Seperti ada kepalsuan di binar matanya
Coba lihat bibirnya
Seperti sebuah kekakuan yang terasa
Coba rasakan tangannya
Seperti tangan besi
Coba rasakan pelukannya
Seperti memeluk pohon

Bagaimana dengan cintanya
Halah...
Lebih hambar dari sayur tanpa garam
PALSUKAH?

Coba lihat dia sekarang
Sedang bercumbu dengan wanita jalang itu
Coba lihat air mukanya
Itu baru cinta
Coba lihat bagaimana dia memandang lekuk tubuh si jalang itu
Itu baru sorot mata yang hidup
Coba lihat bagaimana dia memeluk wanita jalang itu
Itu baru pelukan
Coba lihat bagaimana dia menyentuh tubuh si jalang itu
Itu baru sentuhan
Coba lihat bagaimana dia mengulum bibir si jalang itu
Itu baru kelenturan bibir

Jika begitu
Masihkah kau tak boleh berprasangka

FIRASAT


Percaya tlah ku hadiahkan padamu
Mahkotaku tlah jadi kepunyaanmu
Dirimu tlah duduk di singgasana hatiku
Namun firasat ini terus saja hadir
Masihkah ada rahasia yang tersimpan
Jauh dilubuk hatimu
Yang tak dapat ku mengerti
Firasat ini terus menghantuiku
Apakah kau benar sepenuh hati mencintaiku?
Aku masih bertanya-tanya
Tentang rahasia di dirimu

KEADAAN DI HATI


Putih
bersih
berseri dengan aroma kasturi
Itu sebelum mengenalmu
Suci
tak terluka oleh dusta
Indah
tak perlilit kawat duri
Wangi
tak tertutupi kabut bau bangkai

Dirimu tlah merusak hati ini
Teracuni rasa cinta

Mencintaimu
Mematikan hatiku
Meluluhlantakkan pondasinya
Meremukkan bentuknya
Hatiku rusak
Binasa
Saat kau hadir
dihatiku



MENUNGGU PAGI


Saat itu embun masih enggan menghinggapi
Dedaunan yang terlelap menunggu pagi
Saat itu langit masih dihiasi
Kerlipan bintang yang berlomba menyinari
tapi diri hanya termenung sendiri
Meratapi nasib menunggu pagi
Meski menunggu terlalu pagi
Diri ini tak lelah tuk meresapi
Dingin dan gelapnya dini hari
Entah apa yang dicari
Mungkin sekadar kesejukan pagi
Atau indahnya cahaya mentari
Atau mungkin seseorang yang tlah lama pergi
Meninggalkan diri ini saat menunggu pagi
Dengan raut masam yang menghiasi
Mengucapkan selamat tinggal terakhir kali
Diri ini bergetar tak terkendali
Dan air mata pun tlah penuh membanjiri
kelopak mata. yang kian membesar ini
tapi hati tak mau menyadari
cintanya tlah lama mati
menyisakan duka tak terobati
di sela cahaya temaran taman ini
diri ini masih saja menunggu pagi
bersama sisa asa yang menemani

PULASAN


Inikah jawaban dari ras cintaku padamu
Pelukan, ciuman, dan kehangatan itu..
Apa artinya bagimu?
Cumbuanmu hangat kala itu
Membuatku terbius dan lupa segalanya
Semuanya telah aku tinggalkan
Semua telah ku lakukan demi dirimu
Tiap senti lekuk tubuhku telah kau rasakan
Sampai tak ada setitik pun untukku nikmati sendiri
Apa peluhku saat bersamamu tidak cukup?
Tidak cukup untuk membuktikan
Betapa aku mencintaimu
Saat aku terbuai oleh cinta kasih yang sesaat itu..
Dengan mudahnya kau buang aku
Kau tipu aku dengan kata manismu
Kukira semua lelaki sepertimu saat ini
Tak hanya kau yang melakukan hal itu padaku’
Semua laki-laki yang mendekatiku berakhir sama
Aku terpuruk
Tak ada yang peduli padaku lagi
Inikah akhir dari cintaku
Merana dan kesepian yang menyelimuti sisa nafasku
Nafsu yang selalu kukobarkan untuk menyenangkan pasanganku
Hanyalah bumerang untuk kehidupanku saat ini
Apakah aku bodoh?
Ya... kurasa demikian

RAPUH

 

Buaian kata manja menyelimutiku
Kala hati berpayung rindu
Mengalun merdu dalam kalbu
Berbaur bersama kesejukan baru

Jika hendak tak acuh
Apakah rasa cinta tak dapat lagi menghalau?
Bahkan jika hendak membunuh
Apakah rasa sayang tak mampu lagi memantau?
                   
Saat kata manja tak lagi berguna
Masihkah aku di hatimu?
Saat rasa rindu tak lagi ada
Masihkah alunan kasih keluar dari bibirmu?

Hujan seketika terjun bebas
Namun kala itu petir sedang mengganas
Menghasilkan api panas
Membakar hati yang meranggas

Hanya jeritan yang hingga kini masih menemaniku
Di tengah prahara hati meregang sebuah kepekatan kalbu
Untaian kata itu tak lagi terdengar
Sebab terhalang hingar bingar yang samar

Kekosongan nampak pada hatiku
Di kala aku melihatmu bercumbu
Namun bukan aku yang ada di sampingmu
Melainkan wanita jahanam itu

Kini aku terperangah
Tersadar bahwa cinta dan kasih tak pernah ada
Semua itu hanya bualan belaka
Meracun hati menggores luka


Semua kini telah hilang
Sirna
Merana
Padam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN PUISI: DI BAWAH ARSY LEMBAYUNG SENJA part IV

Balada Pendosa

KUMPULAN PUISI: DI BAWAH ARSY LEMBAYUNG SENJA part III