KUMPULAN PUISI: DI BAWAH ARSY LEMBAYUNG SENJA part III



PANGGUNG SANDIWARA

Untuk engkau yang merasa teracuhkan oleh zaman dan lingkungan sekitar


AIR MUKA


Menguak tabir hati
Melukiskan luka batin
Mencabik selimut ego
Menyobek rasa iba
Menodai rasa iri
Itulah air mukamu
Saat ini

 

PUALAM


Bisakah aku menjadi pualam
Yang kuat dan cantik dengan semburat yang menawan
Bisakah aku jadi pualam
Yang elok lagi mahal harganya

Sedang aku masih jadi kalsium karbonat
Yang bertebaran menunggu menggumpal
Lalu menunggu waktu menyedimentasiku
Agar aku jadi sebongkah pualam


21.00 17 september
Dingin merayap hingga rusuk
Angin meniup dedaunan busuk
Tubuh mulai menyusuri kembali
Langkah kaki menjamah jemari jalan
Bunga liar bertebaran di tepian
Tercium aroma liar
Tersuguh pendangan tak sedap dipandang
Tersunggin senyum memikat
Terpampang lekuk memicu hasrat
Meliuk bersama dingin dan sentuhan angin malam
Jalan penuh luka
Langkah ini terhalang senandung sepi
Rasa hati seakan mati
Melihat ibu menjadi putri
Diantara om-om dan mucikari
Kulihat ibu..
Matanya sendu
Tertunduk malu-malu
Tapi itu dulu
Saat kau masih punya malu
Sekarang kau bergelimang nafsu
Begitu juga aku bu...
Lihatlah aku ibu
Sekarang menirukanmu
Menjadi cerminanmu
Tidak hinakah kau, ibu
Ciptakan produk gagal sepertiku

 

KISAHKU DI IBU KOTA

17 sepetember, 22.00
Berkutat aku pada kebutaan
Mengeluh aku pada kenistaan
Merajuk aku pada kemunafikan
Melenguh aku pada kemaksiatan
Meringis aku pada keadilan
Menjerit aku pada ketakutan
Menangis aku pada kebaikan

Aku bisa apa ibu
Tak sanggup aku mengadu
Apalagi mengiba pilu
Ratapanku dianggap tabu
Menolongku mereka malu
Karena aku kelabu
Tertimbun abu asaku

Kejammu mengiris jemari
Rasanya ingin ku berlari
Tapi aku masih mencari
Hangatnya sentuhan mentari
Di tubuhmu aku menelusuri
Secercah harap bertemu hari
Lepaskan rindu sendiri


Kini aku sadar
Aku hanya pecahan tembikar
Di tengah rumput liar
Tersembunyi dari hingar bingar
Di tubuhmu asaku keluar
asaku semakin gencar
Karena aku pelacur yang tegar


KAMI SALAH APA
17/9/15 23:45
Lihatlah senyum polos mereka. Terenyuh rasanya hati menempa. Sorak sorai tanpa beban membuatku buta. Akan hingar bingar dan kejamnya dunia. Mereka mampu menghipnotis siapapun. Gelak tawa tentang polosnya pandangan hidup yang lembut. Hiasi logikaku yang terpuruk. Mereka berlarian dalam ingatan terakhirku. Dengan baju lusuh dan daki yang menempel pada kerah baju. Lihatlah sorot mata mereka. Selami kedalaman cinta mereka. Resapi kehangatan senyum polos mereka. Renungi nasib mereka. Gilasan jaman membuat mereka bersedih. Lihatlah sorot mata mereka. Tak kutemukan keteduhan itu. Tak kutemukan senyum lembut itu. Tak kurasakan kedamaian cinta lagi. Kini mereka bergelimang air mata. Dengan nasib yang menimpa. Mereka hanya bisa berkata, kami salah apa?



NASIBKU
18/9/15 00:00
Kaki ini tlah enggan menopang tubuh renta
Tulang belulang ini juga tlah lelah
Menyangga tubuh renta tiada guna
Karena hidup penuh hina
Lihatlah aku sekarang
Hidup terhina meminta-minta
Tersingkir peradaban masa
Yang mengusirku dengan kejam
Pola pikir picik orang kaya
Tapi apa dayaku dengan mereka
Aku pernah seperti mereka
Dikelilingi harta tak bertuan
Dan mereka selalu berpinda-pindah
Akupun ditinggalkannya
Aku jadi miskin tanpanya
Kini aku hanya seorang nestapa
Kakiku hanya satu, satunya kuselipkan pada lipatan ususku
Yang meraung diminggu ketiga tanpa isi
Tanganku, tlah kuloakkan
Untuk mengisi otakku yang kosong
Ginjalku tlah kugadaikan untuk melamar kekasih
Paru-paruku tlah kuhutangkan untuk membangun rumah ibu
Dan jiwaku tlah kuberikan pada anak cucuku
Semoga sisa diriku
Tak hanya jadi sebongkah batu

 

SEPASANG

Kata orang, semua yang di dunia itu berpasangan
Hewan hidup berpasangan
Tumbuhan hidup berpasangan
Manusia hidup berpasangan

Bahkan anggota tubuh juga berpasangan

Ada sepasang mata
Ada sepasang alis
Ada sepasang telinga
Ada sepasang tangan
Ada sepasang kaki

Bahkan jemari bila disatukan menjadi pasangan

Kelingking kanan dengan kelingking kiri
Jari manis kanan dengan jari manis kiri
Jari tengah kanan dengan jari tengah kiri
Telunjuk kanan dengan telunjuk kiri
Jempol kanan dengan jempol kiri

Apa aku juga bisa berpasangan
Seperti hewan
Seperti tumbuhan
Seperti manusia
Walau aku hanya sebuah batu

MELAWAN ARUS


Tenggelam dalam ketenangan hari
Mengalir bersama kejemuan sosial
Terpekur pada suatu hal yang pasti
Membatu bersama hal yang membekukan mental

Bahagaiakah kau dengan keadaan itu
Tak ada ombak yang mendera
Tak ada loncatan yang menghadang
Tak ada awan hitam yang menaungi

Bagimu itu surga
Tapi bagiku itu neraka
Menekuni hal yang biasa
Tak ada adrenalin yang tercipta

Cobalah melawan arus
Menyelami rasa takut
Cobalah membuat hal baru
Mencicipi gairah yang baru

Jangan takut, jika belum mencoba
Rasanya memang lebih berbahaya
Dari sekedar tertusuk jarum di jantung
Tapi mampu mengubah dunia yang membosankan itu

Melawan arus tidak melulu tentang kenakalan
Hanya sebuah pemberontakan nalar
Tidak melulu tentang pelanggaran norma
Hanya sebuah pergantian keadaan yang monoton

Dan aku suka melawan arus
Terasa lebih hidup
Karena kurasa hidupku
Tak pernah sebahagia sebelum aku melawan arus

 

KAU KIRA AKU APA


Tatapan itu tak lagi bersahabat
Sudah tak ada pancaran kehangatan disana
Lihat betapa angkuhanya sorot mata itu
Mampu menghancurkan tembok cina kurasa

Dingin yang kau lemparkan setiap melihatku
Merasuk sampai ke tulang rusukku
Kesinisan tiada henti mengaliri
Kata yang kau keluarkan dari mulutmu yang berbisa

Kau kira aku apa?

Sampahkah aku sekarang di matamu?
Bangkaikah aku sekarang di kehidupanmu?
Begitu hinanya kau memandanganku
Bahkan setelah apa yang tlah kuberikan padamu

Sakit hatiku menyadari
Malaikatku hanyalah iblis bertopeng
Perih hatiku mengetahui
Malaikatku hanyalah musang berbulu domba

 

TARING

Semua orang kurasa punya taring
Semua menancapkan taringnya pada sesuatu yang membahagiakan
Setelah itu dilepaskan
Jika sesuatu itu sudah tak lagi berguna

Hal itu tidak melulu pada hal yang menjijikkan
Hanya sekadar problematika percintaan
Sedikit hina memang
Namun terasa manis saat taring itu baru tertancap

Meneguk bahagia tiada tertara
Seperti terbius oleh harumnya madu surga
Terselumuti sutra keanggunan
Tanpa sadar taring itu semakin dalam menancap di diriku

Saat diri ini menyadari
Tubuh ini tlah terluai lemah
Tulang ini tak kuat lagi
Menopang raga yang tak berdaya ini

Begitu kejinya orang itu
Menancapkan taringnya padaku
Sedang taringku tlah kubuang
Karena kutahu itu jahat namanya

SETETES AIR


Aku hanya ingin itu
Setetes air pelepas dahaga
Tapi katanya, apa itu cukup?
Cukup untuk membasahi otakku yang menyusut

Aku sampai lupa
Terakhir aku merasakan air
Karena aku matahari
Mungkinkah air singgah di tubuhku

Bisakah aku merasakan nikmatnya air
Yang kata orang bisa sangat memabukkan itu
Bisakah aku merasakan manisnya air
Yang kata orang bisa mengendurkan amarahku

Padahal aku matahari
Aku terbuat dari api
Tapi aku ingin merasakan dinginnya air
Walau hanya setetes air

 

 

BUTUH

Untuk sahabatku

Aku batu
Aku angin
Aku bisikan
Aku keheningan
Aku kemalangan
Aku kenistaan
Aku kesedihan
Aku hina dikenang
Aku busuk dipendam
Aku rusak disimpan
Aku ya aku
Butuh dirimu
Tak, butuh dirimu
Hanya kamu
Aku butuh
Peduli, tak, peduli
Aku butuh
kamu





AMBISI KEN AROK


Hebat, kuat, berhasrat, Aku. Harta, tahta, wanita, keinginanku. Pengawal awuku pekerjaanku. Saat cinta tlah menusuk jantungku, salahkan aku memilih laku? Menarik siku dan menghunus awuku. Mulailah aku mencari keris ampu. Ku pesan dari si empu. Namun, aku tak kuat menunggu. Kurebut keris si empu selang sekodi minggu. Kulancarkan siasatku tuk menghabisi awuku.

Punya kawan bodoh saat ini jadi keuntungan. Kupinjamkan keris lalu ia sombongkan satu lingkungan. Malamnya kucolong dengan satu tangan. Ku bunuh Tunggul Ametung dengan satu hubusan. Lalu takhlukan Ken Dedes dengan kerlingan. Jadilah aku penguasa kerajaan. Meski tak sedikit orang jadi korban.

CANTIKKU MEMBAWA LUKA

Dari ken dedes kepada ken arok

Semua orang memujiku, mengagumiku, mendambakan kecantikanku. Garis hidup baik melekat padaku. Buatku tak nyaman berlaku. Tak bebas menarik siku. Jadilah aku diperistri akuwu. Untuknya, cinta tak pernah ada di hatiku. Cantik ini buatku malu. Karena aku tak pernah dapat apa yang kumau. Sampai dia hadir merobek kelambu rumah tanggaku. Menerobos tahta sakralku dan akuwu. Sekonyong-konyong menghunus akuwu di hadapanku. Dengan keris yang di dapat dari Si Empu. Keris yang berbalut kutukan, kebiadaban, dan kelicikan kalbu.

Tapi, hadirnya mampu membawa rasa baru. Dia mampu menyentuh relung hatiku. Kalbuku mendadak rindu dengan kerlingan itu. Akupun jadi terpaku. Cinta tlah hadir di lubuk hatiku. Meski tlah mengandung anak akuwu. Aku tak dapat hilangkan rasa itu. Akupun menikahi pengawal akuwu. Jadilah ia sebgai akuwu, ayah tiri dari anak mantan akuwu, dialah ken arok, suamiku.

SALAHKAH AKU ADA

Curahan hati anak ken dedes

Berenang aku dalam dinding kokoh yang lengket. Bergelimang aku dengan kehangatan kasih sayang. Meski cinta mereka sepihak. Hal itu tidak membuat ibu takut aku ada di rahimnya dan menghadirkanku dikehidupannya.

Aku tak tahu keadaan di luar. Belum waktunya aku keluar. Ditengah keheningan fajar, suara itu menggelegar. Terdengar pekikan ayah yang dibunuh laki-laki bertubuh kekar. Namun, kenapa seakan mata ibu berbinar. Melihat wajah laki-laki yang bersinar. Dan prasangkaku benar. Ibu mencintai si pria kekar.

Keris hasil curian dan penuh kutukan. Tlah merengkuh ibuku. Merengkuh tahta ayahku. Buatku enggan bertemu dengan dunia baru. Merananya aku... meski aku masih dalam perut ibu.

  

 RANUM

Apel yang seksi
Semua ingin memilihmu
Semua ingin mencicipimu
Semua ingin membelai kulitmu
Semua ingin menghirup aroma tubuhmu
            Semburat merahmu merayu
Tangkai kecil itu termangu
Semakin dilihat semakin layu
Karena tlah jauh dari rantingnya dulu
Semua ingin menguak kulitmu
Semua ingin melihat putih daginmu
Semua ingin menggigit renyahnya tubuhmu
Semua ingin menyesap manis rasamu
Dirimu ranum menggoda
Seperti gadis desa yang matang umurnya
Harummu kian mengundang hasrat
Seperti senyum gadis yang memikat
Dan,
Akhirnya aku memilikimu
Akhirnya aku mencicipimu
Akhirnya aku bisa membelai kulitmu
Akhirnya aku bisa menghirup aromamu
Akhirnya aku bisa menguak kulitmu
Akhirnya aku bisa melihat putih dagingmu
Akhirnya aku bisa menggigit renyahnya tubuhmu
Akhrinya aku bisa menyesap manis rasamu

Duhai apel yang ranum
Dengan harum yang memikat dan memicu hasrat

 

SEIRIS TOMAT


Bagai tak berguna jika hanya seiris
Karna hanya sebagai pemanis
Rasanya ingin menangis
Karna yang lain telah habis

Sekelilingnya tlah sepi
Padahal dialah yang terakhir disiapkan
Paling atas walau paling tepi
Tapi, hanya dia yang tak dimakan

Tak lihatkah betapa sedihnya dia
Merasa tak berguna dia hadir di hidangan
Hanya sebagai pemanis suasana
Lalu diabaikan saat yang lain makan

Seperti itulah aku
Tak lengkap rasanya bila tanpaku
Di hidupmu. Kau membutuhkanku
Sebagai pelengkap hidupmu

Namun aku hanyalah seiris tomat
Merah menggoda tapi tak dirasa
Walau tlah pasrah berada di pinggir hasrat
Tersingkirkan dari semua yang tlah habis dirasa

MARYAM


Salahkah aku beriman
Dengan keyakinan yang kuketahui
Meski rasanya mencekam
Karena imanku tak diakui orang

Lihatlah aku juga beribadah seperti kalian
Aku bersujud pada tuhan
Zat yang menciptakan jiwa dan raga ini
Sama seperti yang kalian sembah

Salahkah aku beriman
Dengan keyakinan yang aku ketahui
Meski pakaian kita tak sama
Aku lebih tertutup dibanding kalian

Lihatlah aku juga berhijab
Meski tak seperti kalian yang bermodel
Hijabku sederhana panjang
Sampai menutupi ujung jariku

Lihatlah aku juga menutupi auratku
Meski tak seperti kalian yang berlekuk-lekuk
Gamisku sederhana dan tak bermodel
Tak ada lekukan yang mengundang syahwat

Salahkah aku beriman
Dengan keyakinan yang menyelimuti hatiku
Meski rasanya semakin sulit
Tapi aku cintai tuhan, Allah yang Maha Benar

 

TERUNTUK BAPAK KEPALA NEGARA

30/09/2015
Negaramu besar pak
Pemerintahanmu bagus pak
Peraturanmu ketat pak
Rakyatmu beragam pak
Termasuk saya pak
Begitu megahnya bangunan tempat mengais ilmu
Begitu kokohnya pondasi pemerintahanmu
Begitu mewahnya fasilitas di negaramu
Begitu banyaknya rakyat di negaramu
            Termasuk saya pak
Tapi apa bapak merasa tlah mampu mengayomi semua rakyat bapak?
Apa bapak merasa tlah mampu membuat mereka nyaman tinggal di negara bapak?
Apa bapak merasa tlah mampu menjadikan mereka cendekiawan yang hebat?
Apa bapak merasa tlah mampu membuat perubahan yang berarti untuk kehidupan mereka?
Termasuk saya pak
Saat pertama saya injakkan kaki di negara bapak
Saat itu keadaan saya sedang sulit
Saat itu saya bersama dengan induk semang saya
Saya susuri lorong gedung pemerintahanmu yang megah itu
            Apa bapak tau
Saya bertemu dengan gubernur bapak, gubernur wilayah
Saat ini induk semang saya dalam keadaan lelah
Namun dia tega membentak beliau
Semua orang disana tersentak
            termasuk saya pak
Saat itu harapan saya jadi rakyat negara bapak memudar pak
Dia tlah menginjak harga diri induk semang saya pak
Dia tlah membuat luka hinaan di hati saya pak
Banyak orang miskin yang ingin kuliah disini pak
            termasuk saya pak
Saat itu induk semang saya tak marah pada gubernur bapak
Beliau malah bertekad untuk tetap memasukkan saya di negara bapak
Untuk membeli tempat untuk nama saya di negara bapak
Banyak yang menggali lobang pak
            termasuk saya pak
Tak terhitung cucuran keringat dan air mata
Mengiringi kepergian meninggalkan tanah air
Dengan segudang hutang dan derita yang tertunda
Untuk bisa menjadi rakyat di negaramu yang megah
            termasuk saya pak
Saat ini saya tlah jadi penghuni di tahun kedua saya pak
Saat ini saya tlah lama jauh dari tanah kelahiran saya pak
Saat ini saya melihat semua rakyat bapak mengais ilmu disini pak
Saat ini saya juga melihat sekelumit rakyat bapak mengais rezeki disini pak
          Termasuk saya pak
Namun apakah bapak tahu
Aparat bapak begitu kejam pada saya pak
Aparat bapak begitu kejam pada mereka pak
Aparat bapak begitu taat pada bapak
            Tidak termasuk saya pak
Tapi apa bapak tahu
Jika tidak mengais rezeki di sela mengais ilmu di negara bapak
Mereka  tidak bisa menyambung hidup pak
Karena dagangan mereka disita aparatmu pak
Dagangan mereka dimasukkan dalam karung seperti sampah       
Termasuk dagangan saya pak
Saat ini saya tahu
Betapa kejamnya negara bapak
Betapa kejamnya peraturan bapak
Sistem ukt yang menggencet tubuh rakyat bapak
Membuat meraka yang tidak kuat merasa ingin mematikan nama di negara bapak
            Termasuk saya pak
Saat bapak tanya tentang kebijakan?
Saya tak pernah merasakan itu
Apa bapak tahu pikiran saya
Mungkinkan saya menggadaikan diri saya
Agar dapat bertahan mengais ilmu di negara bapak

 

BULAN HITAM

1/10/2015 13.00
Pelangi senja menghiasi sejenak di ujung langit
Lalu datang selimut gelap dan dingin malam
Terselip antara awan sekelupit
Itulah dirimu si Bulan hitam
Kau susuri seluruh bukit
Kau sisiri kabut kelam
Mencari sebuah jawaban sulit
Kenapa dirimu jadi hitam
Kini matamu sipit
Kini kulitmu legam
Tubuhmu tersisa tulang dan kulit
Dan wajahmu semakin muram
Janganlah menahan sakit
Oh si Bulan hitam

ARTI KOPI

0:22
Kata orang
Kopi itu hitam
Tapi ada kopi putih
Kopi itu pahit
Tapi lebih enak kopi itu manis
Kopi itu penyatu suasana
Bagiku terkadang kopi itu perusak suasana
Kopi itu temannya rokok
Tapi kopi itu musuhnya obat
Kopi itu aromanya khas
Bagiku kalau salah buat, kopi itu aromanya sangit
Kopi itu kesukaan lelaki
Tapi terkadang kopi itu kesukaan wanita
Kopi itu baik
Bagiku jika berlebihan kopi itu berbahaya
Kopi itu penghilang stres
Tapi kadang kopi itu mendatangkan stres
Kopi itu cair
Kopi itu kental
Kopi itu padat
Kopi itu lambang kehidupan
Dan juga kopi itu lambang kematian

 

SEBUAH KOTAK

9/10/15 6:40
Ada beberapa kotak menghias pinggiran kotak itu
Salah satunya senyisipkan sinar bulan dan mentari dari dunia luar
Yang lainnya hanya sarana untuk lewat
Sebuah kotak yang penuh sesak
Berisikan dua gadis belia
Mengais ilmu dalam susah dan senang
Merbelenggu sesak di dalamnya
Mengisi gelas yang masih setengah penuh
Terkadang
Terdengar isak tangis penuh pilu
Dalam sebuah kotak mereka mengadu
Pada sang penguasa yang maha angung
Minta diberi sebuah kotak
Yang lebih hina lagi pantas

9/10/15 6:50
Alunan nada sumbang terdengar
Isakkan menghiasi ruangan
Saat kabar dia tlah berpulang
Menyisakan banyak kenangan
Lagu pilu kembali terdengar
Mengenang semua perjuangan
Saat ia pertaruhkan nyawa
Demi keluarkan segumpal daging penuh tulang
Dan ruh cantik buah hatinya


KEPADA PENGABDI HEDONIS

9/10/15 7:00
Bergumul bersama bau sengak
Lihatlah paha yang lebih murah dari paha ayam itu
Ya kau
Yang perpakaian saringan tahu
Dengan sepatu egrangmu
Berlenggak lenggok dihadapan lelaki beriristri
Ya kau
Lelaki berdompet tebal
Yang lupa kodrat suami
Lupa ratapan istri dan anak yang menunggumu di peraduan
Ya kau
Yang berpakaian perlente
Tidak bisakah kau tegur mereka
Malah bergumul bersama si pemakai saringan tahu itu
Ada apa dengan dunia ini
Semua haus akan nafsu dunia
Hanya mementingkan nafsu semata
Bergelimang nafsu bualan dan desahan kenikmatan
Ada apa dengan dunia ini
Semua tunduk pada hawa pendosa
Hanya mengabdi pada keinginan semata
Bercirikan seorang hedonis yang memuakkan
Ingatlah kalian pada pendosa
Akan ku tunggu
Kalian memasukiku dengan penuh kehinaan




Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN PUISI: DI BAWAH ARSY LEMBAYUNG SENJA part IV

Balada Pendosa