Buah Cinta
sebuah prosa lirik
7 September 2015 23.00
Terpaku meresapi
rasa. Rasa kecut dan pahit hinaan. Hinaan tentang perut yang kian mencuat.
Sarang cinta yang seharusnya tak ada. Kini bersisa benci dan dendam membara
dalam dada.
Rasaku membuncah.
Kala desahan mereka kembali terdengar. Pecahlah desahan itu dengan pekikan yang
keluar dari perutku. Terlihatlah wajah tak berdosa dengan tatapan mata sendu.
Tatapan mata itu menyapaku. Seakan berkata, “cintai aku”
Peluhku berjatuhan.
Butiran itu jadi saksi perjuangan. Lelehan air mata mengalir dari mataku yang sembab.
Bukan rasa haru dan bahagia yang diwakilinya. Dendam dan amarahlah sebabnya.
Bibirku pun ikut bergumam. Seakan ingin berkata, “aku benci dia”
Komentar
Posting Komentar