(EPOS) Antara Cinta dan Ambisi
Ketika
Raja Hayam Wuruk Jatuh Cinta
Dikisahkan
terdapat seorang putri cantik yang berasal dari negeri Sundakelapa, kerajaan
itu bernama Kerajaan Padjajaran. Putri raja itu terkenal sangat ramah dan
cantik. Dia sangat disayangi oleh rakyatnya karena keramahan dan budi
pekertinya yang baik dan santun. Orang-orang di dalam kerajaan pun sangat baik
memperlakukan Putri Dyah Pitaloka. Dengan pembawaannya yang sopan, dyah mampu
membuat siapapun yang bertemu dengannya menjadi senang dan terhanyut dalam
alunan senandung yang selalu dia lantunkan. Putri Dyah Pitaloka sangat suka
menembang. Keelokan dan kecantikan Putri Dyah Pitaloka membuat seorang seniman Sungging
prabangkara diam-diam melukis Putri Dyah Pitaloka dan dia menjual lukisannya
pada raja di Kerajaan Majapahit. Kecantikan Putri Dyah Pitaloka pun diketahui
oleh Raja Hayam Wuruk yang saat itu menduduki jabatan sebagai raja di Kerajaan
Majapahit.
“permisi
Tuan agung, maukah sekiranya Tuan agung membeli lukisan hamba ini. hamba butuh
uang untuk makan.” Sungging rambangkara
mendekati Hayam Wuruk yang saat itu berada di teras kerajaan.
“barang
apa yang kau ingin jual padaku?” tanya Hayam Wuruk sambil menatap jawah seniman
itu dengan heran karena dia berani masuk ke area kerajaan.
“aku
menjual lukisan ini Tuan agung. ini adalah lukisan seorang putri yang berasal
dari negeri Sundakelapa Kerajaan Padjajaran namanya Putri Dyah Pitaloka
pitaloka. Hamba berhasil melukis ini dengan diam-diam. Sudikah kiranya Tuan
membeli lukisan hamba ini?” jawab Sungging rambangkara sambil membuka kain
penutup lukisan itu.
Tampaklah
gambar sesosok gadis cantik berbalut temben berwarna merah dengan perhiasan
yang menarik perhatian dan rambut yang terurai indah yang sedang duduk di teras
pendopo kerajaan. Tatapan mata yang dilukiskan sang seniman sama persis dengan
yang dipunyai Putri Dyah Pitaloka. Lekukan tubuhnya yang mempesona, warna
kulitnya yang eksotis dan kecantikan alaminya ternyata mampu membuat Raja Hayam
Wuruk terpesona.
“aku
beli lukisanmu ini.” jawab Raja Hayam Wuruk sambil memberikan sekantong uang
pada seniman itu.
“terima
kasih Tuan agung.”
“aku
ingin memperistri putri ini patih, bagaimana menurutmu?” tanya hawam wuruk pada
Mahapatih Gajah Mada yang pada saat itu berada di sisi tempat dia duduk.
“apa
tujuan Tuan ingin memperistri Putri Dyah Pitaloka?” tanya mahapatih.
“aku
menginginkan adanya hubungan persekuTuan politik yang mengikat dengan Kerajaan
Padjajaran. Selain itu putri ini sangatlah cantik dan aku menyukainya.” Jawab
raha Hayam Wuruk sambil memandangi lukisan yang tadi dia beli.
“baiklah
kalau itu sudah menjadi keinginan Tuan. Saya akan kirimkan surat kehormatan
kepada maharaja Linggabuana untuk melamar Putri Dyah Pitaloka dan saja akan
secepatnya mengatur acara pernikahan di Kerajaan Majapahit.” Jawab mahapatih
sambil pergi meninggalkan Raja Hayam Wuruk.
Mahapatih
terlihat sangat antusias memenuhi keinginan Raja Hayam Wuruk. Akan tetapi,
dibalik itu semua dia mempunyai maksud lain. Dia berniat mengubah acara
pernikahan itu menjadi acara penyerahan diri dari pihak Kerajaan Padjajaran
dengan menyimbolkan penyerahan Putri Dyah Pitaloka.
***
Perasaan
Raja Hayam Wuruk sangan bahagia saat ini. seperti ada yang berbeda di hatinya.
Hatinya yang telah lama mati seperti hidup kembali saat dia melihat sorot mata
gadis yang ada dalam lukisan yang sejak tadi dia pandangi terus. Dia sungguh
terpesona dengan gadis itu. meskipun dia belum pernah bertemu dengan gadis itu,
namun dia sudang menyukai gadis itu. sangat menyukai.
***
Di
kamar, Putri Dyah Pitaloka sedang bersenandung di atas kasurnya. Tiba-tiba
ibundannya datang dengan membawa surat lamaran Raja Hayam Wuruk.
“cah
ayu... kamu hendak dilamar Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Apakah
dirimu bersedia?” kata ibunda Putri Dyah Pitaloka sambil menghampiri Putri Dyah
Pitaloka di atas kasur.
Putri
Dyah Pitaloka bingung dengan tawaran dadakan yang dia terima. Dia hanya menatap
wajah ibunya dan terdiam.
“apakah
dia pemuda yang baik bu? Bisakah aku bertemu dengannya terlebih dahulu dan
mengenalnya lebih jauh sebelum kami mengikatkan hubungan yang lebih serius.” Kata
Putri Dyah Pitaloka setelah lama terdiam.
“ibu
dengan dia pemuda yang tampan dan raja yang bijaksana.” Bujuk ibunda sambil
menyenderkan kelapa anaknya dipangkuannya dan mengusap kepala Putri Dyah
Pitaloka.
“aku
tetap tidak mau jika belum bertemu langsung dengannya bu... sebaik apapun kata
orang di luar sana.”
“baiklah
jika itu kemauanmu. Ibu akan mengundang Hayam Wuruk untuk kesini sendiri untuk
bertemu denganmu.” Jawab ibunda sambil bergegas pergi meniggalkan anaknya.
“aku
harap dia seperti yang dikatakan ibunda” kata Putri Dyah Pitaloka sesaat
sebelum ibunya keluar dari kamarnya.
***
Putri
Dyah Pitaloka merasa bimbang dengan tawaran ini. dia sudah sangat lama tidak
mendapat tawaran ini. dia juga sudah lama tidak berinteraksi dengan pria
seusianya selain dengan orang-orang yang berada dikerajaan. Putri Dyah Pitaloka
hanya meluapkan isi hatinya dengan bersenandung di kamar dan menunggu kabar
dari ibundanya.
***
Hari
yang dinanti pun datang. Hari ini Putri Dyah Pitaloka akan bertemu dengan Raja
Hayam Wuruk. Putri Dyah Pitaloka sudah berdandan cantik yang dibantu
dayang-dayangnya. Dia terlihat sangat memesona dengan pakaian yang indah dan
aksesoris yang menambah kecantikannya membuat dayang-dayang berdecak kagum
melihat Putri Dyah Pitaloka.
“saya
sangat mengagumi paras Tuan putri. Tuan putri begitu cantik saat rambutnya
terurai.” Kata dayang sekar.
“ah...
kamu selalu berkata seperti itu setelah menyisir rambutku.”
“kulit
tubuhmu begitu cantik, lembut, dan bersinar Tuan putri. Aku sampai iri
melihatnya.” Sambung dayang sari sambil tertawa kecil.
“dayang
sari ini selalu berkata seperti itu sesaat setelah memberdaki seluruh tubuhku.”
“sudah
pasti Raja Hayam Wuruk akan langsung jatuh cinta setelah melihat kecantikan dan
kemolekan Tuan putri. Tidak hanya itu sifat dan tingkah laku Tuan putri juga
akan sangat disukai setiap orang yang bertemu Tuan putri.”
“dayang-dayang
ini bisanya hanya memuji saja. Apakah sudah selesai?”
“sudah
Tuan putri. Mari kami antar menemui Tuan Raja Hayam Wuruk” jawab dayang-dayang
serempak.
***
Tatapan
saling perpagutan. Di taman yang sejuk dan asri mereka berdua bertemu. Duduk
besama dengan dua cangkir teh yang harumnya sangat semerbak. Aroma embun yang
mulai menguap karena matahari yang kian meninggi, suara gemericik air yang ada
di kolam dekat taman, dan kicauan burung menambah keromantisan pertemuan itu.
mereka belum saling bicara selama beberapa menit ini. namun mereka saling
menilai, seberapa baikkah orang yang ada di hadapan mereka sekarang ini. dengan
degup jantung yang masih saja berpacu dengan kencang serta desir darah yang
lebih cepat, akhirnya Raja Hayam Wuruk membuka pembicaraan.
“aku
dengar dinda ini adalah orang yang ramah, jujur dan saya sangat menyukai dinda
bahkan sebelum saya bertemu dengan dinda.”
“bagaimana
bisa Tuan raja menyukai saya sebelu bertemu dengan saya?” tanya Putri Dyah
Pitaloka dengan heran.
“saya
mendapatkan lukisan kamu dinda dari seorang seminam. Dan saya langsung tertarik
dan berniat melamar dinda. Apa ini terlalu mendadak sampai-sampai dinda meminta
untuk bertemu dulu?”
“saya
hanya ingin mengenal lebih jauh orang yang akan menjadi suami saya. Apa itu
salah?”
“tidak
dinda. Itu hal yang wajar.”
Perbincangan
mereka berdua sangatlah seru dan mengasikkan. Hal itu dirasakan oleh
masing-masing pihak. Benih-benih cintapun mulai tumbuh dan merekah di hati
masing-masing.
Di
bawah pohon peringin mereka berteduh karena hari sudah semakin siang. Raja
Hayam Wuruk menyenderkan tubuh Putri Dyah Pitaloka pada pohon itu. Putri Dyah
Pitaloka hanya diam mendapat perlakuan dari raja itu. semakin lama Raja Hayam
Wuruk mendekatkan tubuhnya pada tubuh Putri Dyah Pitaloka dan dengan perlahan
dia mencium kening Putri Dyah Pitaloka dengan mesra dan penuh kelembutan.
Perasaan nyaman sangat dirasakan Putri Dyah Pitaloka saat bibir Raja Hayam
Wuruk itu mendarat dikeningnya. Membusan nafas yang berada di kelapanya, degup
jantung, dan belaian tangan Raja Hayam Wuruk pada rambutnya membuat Putri Dyah
Pitaloka terbawa arus keromantisan itu. perasan nyaman juga dirasakan Raja
Hayam Wuruk. Dia merasa sangat nyaman berada sedekat ini dengan Putri Dyah
Pitaloka. Kehangatan tubuh, wangi tubuhnya, dan ketenangan dari Putri Dyah
membuat Raja Hawam Wuruk semakin terpikat. lama sekali Raja Hayam Wuruk mencium
kening Putri Dyah Pitaloka sampai akhirnya Putri Dyah Pitaloka berkata, “Tuanku...”
“iya
dinda... apa perbuatanku tadi membuatmu tersinggung?” tanya Raja Hayam Wuruk
yang sudah melepaskan ciumannya.
“aku
menerima lamaranmu Tuan raja.” Jawab Putri Dyah Pitaloka sambil tersenyum pada Raja
Hayam Wuruk.
***
Pernikahan
pun dilangsungkan di Kerajaan Majapahit. Semua awak Kerajaan Padjajaran pun
segera bergegas menuju Kerajaan Majapahit. Namun kedatangan rombongan itu
ternyata tidak disamput baik oleh pihak dari Kerajaan Majapahit. Seluruh
pasukan perang telah berjejer mulai dari pintu masuk sampai halaman Kerajaan
Majapahit.
“kami
ingin bertemu dengan Raja Hayam Wuruk atas undangan pernikahan.” Kata salah
seorang utusan dari kerajaan pandjajaran.
“kami
akan menerima putri kerajaan kalian bukan sebagai calon pengantin, melainkan
sebagai tanda tahkluk dari negeri Sundakelapa dan pengakuan superioritas
majapahit atas Sundadi nusantara.” Jawab Gajah Mada yang tengah menjamu tamunya
yang dari jauh itu.
“apa
maksud Tuan ini? saya tidak terima atas perlakuan kerajaan ini terhadap
kerajaan kami!” kata utusan kerajaan itu pada gajab mada.
“halangi
mereka. Tunggu aba-aba dari saya.” Kata Gajah Mada sambil pergi masuk dalam
kerajaan.
Melihat
perlakuan patih dari Kerajaan Majapahit, semua orang dari Kerajaan Padjajaran
marah dan memaki-aki Kerajaan Majapahit. Di sisi lain, Tuan putri pun yang
berada di tengah rombongan merasa sangat cemas.
“bukankah
Raja Hayam Wuruk sangat mencintaiku? Kenapa dia berubah pikiran dan membuat ini
menjadi monopoli politik kerajaan?” tanya Putri Dyah Pitaloka pada
dayang-dayangnya. Dayang-dayangnya hanya diam dan memegangi tangan Putri Dyah
Pitaloka yang dingin karena panik.
***
“Tuan
raja, rombongan dari Kerajaan Padjajaran telah datang. Saya telah mengerahkan
seluruh pasukan perang untuk memblokade semua sisi kerajaan dan rombongan dari Kerajaan
Padjajaran masih berada di luar kerajaan.” Kata maapatih Gajah Mada yang masuk
ke kamar Raja Hayam Wuruk.
Raja
Hayam Wuruk yang saat itu baru selesai bersiap-siap langsung terkejut mendapat
leporan dari patihnya itu.
“tindakan
apa yang patih lakukan? Mengapa mengambil keputusan sebelum memberitahukanku
terlebih dahulu?”
“saya
berniat untuk menggantu acara ini menjadi acara penyerahan Putri Dyah Pitaloka
sebagai simbol bahwa Kerajaan Padjajaran telah takhluk pada Kerajaan Majapahit.
saya ingin memenuhi sumpah palapa yang dulu pernah saya buat sebelum Tuan raja
menduduki tahta kerajaan.” Jawab Mahapatih Gajah Mada sambil memandang Raja
Hayam Wuruk dengan angkuh.
Raja
Hayam Wuruk langsung berlari keluar dari kamarnya dan menghiraukan keberadaan Mahapatih
Gajah Mada. Mahapatih Gajah Mada langsung ikut keluar dan memerintahkan
pasukannya untuk menyerang rombongan Kerajaan Padjajaran.
***
“pertemukan
aku dengan Raja Hayam Wuruk” teriak Putri Dyah Pitaloka sambil menembus
kerumunan rombongan kerajaannya.
Tak
berapa lama kemudian Raja Hayam Wuruk datang dan berlari menyambar tangan Putri
Dyah Pitaloka dan mengajaknya kabur dari perseteruan dua kerajaan itu. Putri
Dyah Pitaloka hanya mengikuti Raja Hayam Wuruk. Setelah itu mahapatih langsung
menguarakan perang dan menggiring rombongan Kerajaan Padjajaran ke pesanggrahan
bubat dan terjadilah perang yang tidak seimbang antara Kerajaan Majapahit
dengan Kerajaan Padjajaran.
***
“berhenti
Tuan raja. Apa yang sedang kita lakukan? Akan terjadi peperangan dan Tuan raja
malah membawa saya pergi meninggalkan kerajaan.”
“aku
ingin menikahimu, bukan ingin menjadikanmu sebagai alat penyerahan dan alasan
politik. Aku benar-benar mencintaimu.”
“itulah
yang sejak tadi kupertanyakan Tuan raja. Saya merasa bingung atas semua ini.”
“ini
adalah ulah Mahapatih Gajah Mada. Mungkin saat ini rombongan kerajaanmu telah
tewas setelah peperangan ini.”
“tewas?
Kau benar-benar berniat untuk menggunakan acara ini sebagai acara pembantaian
keluarga kerajaanku Tuan raja?” tanya Putri Dyah Pitaloka sambil bercucuran air
mata dan melepaskan tangannya dari tangan Raja Hayam Wuruk.
“aku
tidak pernah punya niatan seperti itu dinda. Ini murni keputusan mahapatih.
Akupun belum menyetujui. Maka dari itu aku menyelamatkanmu dari peperangan itu
dan berencana untuk menikahimu setelah peperangan berakhir. Biar kerajaanmu
akan saja pimpin.” Kata Raja Hayam Wuruk sambil mendekap pundak Putri Dyah
Pitaloka.
“tidak
Tuan raja. Bukan hal seperti ini yang saya inginkan. Bagaimana bisa demi
bersanding dengan Tuan saya mengorbankan seluruh rombongan Kerajaan Padjajaran
terutama orang tua saya sendiri. Ini tidak adil dan saya tidak menyetujui semua
ini.” jawab Putri Dyah Pitaloka sambil melepaskan rangkulan tangan Raja Hayam
Wuruk.
“tapi
aku sangat mencintaimu Putri Dyah
Pitaloka. aku ingin kau menjadi istriku” kata Raja Hayam Wuruk sambil mengiba.
“tidak
bisa Tuan raja. Saya seperti tidak punya harga diri jika saya menerima pinangan
Tuan raja.”
“Apa
dinda tidak mencintaku?”
“saya
mencintai Tuan lebih dari yang Tuan tahu.” Kata Putri Dyah Pitaloka sambil
mendekatkan tubuhnya ke tubuh Raja Hayam Wuruk dan memeluk pinggang Raja Hayam
Wuruk. Di ambilnya keris yang terselip di pinggang Raja Hayam Wuruk dan
melepaskan pelukannya.
“Namun
saya tidak bisa menjadi istri Tuan.” Kata Putri Dyah Pitaloka sambil menjauhkan
dirinya dari Raja Hayam Wuruk. Lalu menusukkan keris ke arah perut kirinya.
“tidak....”
teriak Raja Hayam Wuruk sambil menyambar tubuh putri yang hampri terjatuh tak
sadarkan diri.
“a...ku...
mencinta...imu.... tu..aan.. ra..jaaa...” kata Putri Dyah Pitaloka disisa
nafasnya.
Raja
Hayam Wuruk hanya memeluk tubuh Putri Dyah Pitaloka yang sudah tidak bernyawa
itu sambil menitihkan air mata.
Komentar
Posting Komentar