Jangan Dipotong



Babak 1
Pada suatu hari yang cerah Putri dan teman- temannya, yaitu Mita, Widi, dan Diah sedang asik bermain dirumah Widi. Mereka sedang bermain boneka kepunyaan masing-masing.

Adegan 1

Widi  
sekarang minum susu coklat dulu ya.... (dengan penuh kasih memberikan susu kepada boneka beruangnya).

Diah   
wah boneka kamu lucu sekali put..., matanya berwarna coklat! (membandingkan boneka kelincinya dengan boneka milik putri)

Putri  
bagus ya...? boneka ini pemberian dari orang tuaku waktu aku ulang tahun yang ke-4 tahun lalu....( dengan menyombongkan diri sambil mengelus telinga bonekanya)

Mita   
ingin rasanya aku mempunyai boneka seperti boneka punya kamu... (sambil mengelus telinga boneka putri)

Widi  
(lari kedalam rumahnya)  aku kedalam sembentar ya...

Mita   
(mengengok kearah pintu) iya... jangan lama-lama ya...!

Diah
(memegang perutnya yang dari tadi berbunyi) semoga saja dia keluar dengan membawa makanan.

Widi  
(berlari dengan membawa 4 benderamerah putih kecil) aku  diberi ini oleh ayahku..., kan sebentar lagi kita merayakan 17 Agustus... (sambil menunjukkan bendera yang dibawanya)

Putri  
wah... aku boleh minta 1 tidak? (dengan wajah memelas)

Mita   
 aku juga mau... nanti kita pasang di sepeda masing-masing, lalu kita keliling komplek sebelah..., gimana setuju?

Diah   
aku setuju!!! Pasti sangat seru!

Widi  
nih aku beri satu-satu ya... jangan hilang, nanti kita tidak bisa main keliling komplek...

Putri  
oke, akan ku jaga bendera ini dengan baik...

Karena sangat bersemangatnya mereka dalam bermain, mereka lupa bahwa hari sudah mulai siang. Putri pun dijemput oleh ibunya untuk makan dan tidur siang.

Adegan 2

Ibu sumarni 
mbak put... pulang... waktunya makan siang...! (memanggil dengan nada lembut sambil membawa piring makanan)

Putri              
iya bu... aku pulang dulu ya teman-teman...besok kita main lagi.. (sambil melambaikan tangan)

Ibu sumarni 
iya besok main lagi... sekarang pulang dan makan... (menggandeng tangan anaknya dan pulang)

Mita   
aku juga pulang deh... udah laper... (dengan membawa bonekanya, lalu pergi ke rumahnya yang berada persis di samping rumah widi tanpa berpamitan)

Diah               
aku nanti aja deh... nunggu ibu aku pulang dari pasar dulu... tidak apa-apa kan aku main disini dulu kan wid?

Widi              
tidak apa-apa kok...

Babak 2

Sepulang dari rumah widi, putri dan ibunya makan bersama. Saat itu putri menceritakan bahwa ia sangat senang sekali mempunyai bendera pemberian temannya itu.

Adegan 3

Putri  
bu... tadi aku diberi ini oleh widi... semua temanku diberi satu-satu olehnya (sambil menunjukkan bendara kecilnya itu). (bertanya    dengan polosnya) bagus tidak..?

Ibu sumarni 
bagus nak... dijaga baik-baik ya benderanya... jangan sampai sobek, apalagi hilang! Itu akan menyakiti hati yang memberi barang tersebut karena dia menganggap kita tidak menghargai apa yang telah ia berikan pada kita... (menjelaskan panjang lebar)

Putri              
iya bu... ( sambil mengangguk tanda mengerti)

Setelah selesai makan siang putri diajak tidur oleh ibunya, tapi dai tidak mau dan memilih untuk bermain dengan boneka belinci kesayangannya dan bendera mungilnya itu diteras rumahya. Tapi suatu hal tak terduga terjadi.

Adegan 4

Putri              
bu aku tidurnya nanti saja ya... belum ngantuk

Ibu sumarni 
ya sudah... tapi kalau sudah ngantuk, tidar ya...

Putri              
iya bu...
ayo kelinci kita main di teras rumah (berlari menuju teras rumah)

Putri              
nah... kita sekarang mau main apa ya...?
Kamu duduk disini ya..., sambil memegang bendera ini...! jangan sampai jatuh! (berbicara dengan bonekanya dan memberi bonekanya itu dengan bendera)

Tiba-tiba bendera yang dia berikan pada bonekanya itu jatuh keluar, tepatnya ke jalanan. Dan pintu gerbang rumah terkunci, dia juga tak berani untuk memanjat gerbang itu.

Putri              
duh anginnya kencang sekali...
yah... benderanya jatuh... lalu aku harus bagaimana sekarang?
apa aku harus memanjat gerbang ini? Aku tidak mungkin membangunkan ibu bisa dimarahi aku.. (berbicara sambil mondar-mandir)
nah begini saja... (sambil memasukkan kepala dan tangannya ke celah-celah pagar rumahnya)
untung aku punya ide yang pintar... dan benderanya gak sobek”(sambil memegang benderanya itu)
kok gak bisa keluar sih kepalaku...?
yah gimana nih...?”
Putri  
(matanya berlinang air mata dan menangis sambil memnaggil-manggil ibunya) bu....ibuuuuu..., kepala aku gak bisa keluar...

Mengengar suara putri menangis, ibu dan tetangganya yaitu pak waris keluar dari rumah dan mendekati sumber suara itu. Dan menemukan putri dalam keadaan kepalanya tersangkut di celah-celah pagar rumahnya sendiri.

Adegan 5

Ibu sumarni 
ya allah put..put..! kamu ngapain sih sampai kayak gini...( sambil tertawa geli melihat kelakuan amak pertamanya ini)

Pak waris      
lah.. putri kenapa? Kok bisa kepalanya masuk kecelah-celah pagar?

Ibu sumarni 
gak tahu inh pak? Ambilin gergaji aja pak, potong aja lehernya biar gak bendel lagi...

Pak waris      
(masuk kerumahnya dan keluar dengan membawa gergaji) nih bapak bawain gergaji...

Putri  
jangan... jangan dipotong....jangan...( mengangis sejadi-jadinya).                 
putri janji gak akan bandel dan akan ikutin kata ibu lagi tapi jangan dipotong..

Ibu sumarni 
 iya...iya...( membantu kepala anaknya keluar dari celah-celah pagar dan memeluk erat anaknya) sudah jangan nangis nak... mana mungkin ibu tega motong leher kamu sayang sekarang kamu tidur ya?

Putri              
iya bu...

Pak waris      
gak jadi dipotong?

Putri               : jangang dipotooooooooooong...... (sambil memegang lehernya dan berlari masuk ke dalam rumah)

TAMAT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN PUISI: DI BAWAH ARSY LEMBAYUNG SENJA part IV

Balada Pendosa

KUMPULAN PUISI: DI BAWAH ARSY LEMBAYUNG SENJA part III